Laman

Jumat, 19 September 2014

Identitas Hibrid Orang Cina

Judul: Identitas Hibrid Orang Cina
Penulis: Darwin Darmawan
Penerbit: Gading Publishing / Jalasutra
Tahun: 2014
Tebal: xx+202 hlm
Ukuran: 14,5×21 cm
ISBN: 978-602-14913-4-8
Kode Produk: Sosial Politik
Ketersediaan: Tersedia
Harga: Rp50.000,-
 Buku ini mengajak kita untuk menginterogasi cara kita memahami apa yang kita sebut identitas. Tanpa interogasi-diri, kita mungkin mudah menjadi konsumen retorika-retorika baru yang sarat pesona, misalnya ‘multikulturalisme’, tapi isi kepala kita tentang mereka yang kita anggap si-‘Liyan’ (the Other), mungkin tak pernah berubah. Budiawan, Sejarawan Staff  Pengajar pada FIB UGM).
Buku ini mengisi kekosongan yang sangat penting dalam kajian mengenai komunitas Cina.  Dengan memanfaatkan konsep hibriditas identitas yang kerap diacu para penggiat cultural studies,  penulis berhasil menangkap heterogenitas dan saling sengkarut identitas komunitas Cina peranakan Kristen.  (Trisno S. Sutanto, Koordinator Penelitian Biro Litkom-PGI, Jakarta.)
Penulis menunjukkan adanya identitas hibrid (multiple identities): seseorang bisa menjadi orang Tionghoa, sekaligus orang Indonesia, serta di saat yang sama ia juga seorang Kristen. Seperti halnya kelompok lain, identitas orang Tionghoa adalah cair, dinamis dan heterogen. (Didi Kwartanada,Sejarawan Yayasan Nabil (Jakarta)
Buku ini akan menjadi pandu bagi semua orang Cina di Indonesia dan, terutama, bagi Indonesia untuk bersiap menyambutnya. Lalu semua suku dan semua agama di negeri ini berdiri dengan tangan kanan yang terkepal di dada sembari berkata lantang: Indonesialah poros bagi segala yang ada. (Muna Panggabean, Novelis).
Dengan bahasa yang jelas dan agumentasi cerdas serta menantang, buku ini menegaskan bahwa identitas merupakan ‘routes,’ bukan ‘root.’ Darwin mengajak kita melihat proses identifikasi diri menjadi sekaligus Cina Indonesia Kristen. (Albertus Patty, Pendeta GKI, aktivis Pluralisme).
Terlepas dari betapa digdayanya perspektif poskolonial  membedah kondisi sosial Indonesia pada masa kini, harus diakui tak banyak usaha untuk menjadikan perspektif ini sebagai “milik” orang banyak. Karya ini merupakan satu dari sedikit karya yang berani untuk memasyarakatkan perspektif poskolonial tersebut, bahkan mengeksperimentasikannya pada sebuah komunitas lokal. Dan hasilnya sungguh mengagumkan! Di tengah banjir buku-buku baru belakangan ini, jelas buku ini harus diprioritaskan di dalam top list Anda.  (Joas Adiprasetya, Pendeta Jemaat dan Ketua STT Jakarta).
Cp : 08122779457 / 081804281351

Tidak ada komentar:

Posting Komentar