Laman

Rabu, 20 Desember 2017

The House Of The Spirit Karangan Isabel Allende

Novel The House Of The Spirit Karangan Isabel Allende
Penerbit Gramedia , 13.5 cm x 21 cm, bahasa Indonesia .
- bukunya masuk ke daftar 1001 Books You Must Read Before You Die .
- Bukunya pernah dilarang terbit / dibanned di beberapa negara Amerika latin.
- Sudah diangkat menjadi film layar lebar yg dibintangi oleh Jeremy irons , Meryl Streep, Glenn Close, Winona Ryder dan Antonio Banderas.
Kisah seputar tiga perempuan dari generasi Trueba di America Latin dibuka dengan tibanya doggie kumal yang nantinya bernama Barabas. Doggie yang sangat disayang oleh si kecil Clara, yang nantinya mempunyai peran penting dalam silsilah keluarganya sendiri, Del Valle dan keluarga suaminya Trueba.
Banyak sekali karakter penting dalam novel. Pertama adalah Esteban Trueba, lelaki yang membagi dirinya sendiri sebagai malaikat sekaligus iblis, baik bagi keluarganya sendiri dan juga masyarakat sekitarnya serta negaranya sendiri. Clara Del Valle, istrinya yang sangat dicintainya hingga akhir hayatnya lebih sering berada di tempat lain ketika fisiknya berada di samping suaminya. Bagaimana tidak, Clara adalah cenayang keluarga yang selalu mampu membaca masa depan, termasuk kematian dirinya sendiri. Arwahnya pun masih sering gentayangan memberi bimbingan keluarganya, termasuk suami yang lebih dari separo hidup rumah tangganya dibiarkan ngoceh sendiri.

Keluarga Trueba adalah juragan kaya masa lampau yang tanahnya masih tersisa tak tersentuh, mangkrak dan nyaris dijual. Esteban datang dengan uang pernikahan gagalnya dengan Rosa Del Valle, menggarap tanah seperti orang sinting. Jerihnya ini terbayar dengan kekayaan luar biasa. Selain semangat kerjanya yang luar biasa, nafsu lelakinya pun juga meledak ledak. Anak haram terhampar dimana mana hingga ia bertemu dengan Clara, bungsu dari keluarga Del Valle. Dari Clara, Esteban mempunyai 3 anak: Blanca dan si kembar Jaime dan Nicolas.
Kehidupan Esteban melesat tak terkendali hingga ia menjadi Senator dan memegang peranan penting dalam pemerintahan Konservatif. Kekayaannya tak terbendung lagi. Clara yang berjiwa dermawan membuka pintu rumahnya untuk siapa saja yang membutuhkan. Jaime, si pemuda pemalu mengikuti jejak ibunya aktif dalam kegiatan social rumah sakit dimana ia bekerja. Nicolas, menuruni sifat pamannya yang nyentrik, Marcos, berkeliling India mencari Tuhan, dan kemudian menemukannya dalam meditasi dan rapalan mantra-mantra. Blanca sama dengan ibunya yang dermawan, tetapi ia jatuh cinta dengan anak mandor pertaniannya, memicu amarah kakeknya, Esteban.
Pedro Tercero Garcia, kekasih gelap Blanca adalah aktivis kelompok kiri yang trus menerus menghembuskan hak-hak buruh di tanah milik Esteban. Keputusannya menikahkan Blanca dengan bangsawan Prancis tak memudarkan cinta mereka berdua. Alba lahir dengan nama keluarga bangsawan Prancis namun mempunyai pandangan sama kirinya dengan si ayah biologis, Pedro. Kondisi politik berubah drastis setelah kemenangan partai buruh. Esteban kehilangan tanah kebanggaannya, peternakannya, bahkan kehilangan cinta keluarganya sendiri. Esteban seolah harus menghadapi anak dan cucunya sendiri yang dengan diam2 beraliran kiri. Tak ada yang bisa dilakukannya, selain membiarkan anak dan cucunya mencuri kekayaannya untuk membantu para gerilyawan dan menggunakan rumah besarnya sebagai penampungan para buron gerilyawan.
Esteban seolah diberi berkah sekaligus kutukan dengan kehidupannya yang sangat panjang, 90 tahun. Ia menjadi saksi hidup kehidupan pemerintahan negaranya dan juga mengalami pertalian keluarga tarik ulur dengan ke tiga perempuan dalam keluarganya: Clara, Blanca dan Alba. Kekayaannya yang luar biasa tak dibawanya mati. Dia hanya ingin mati tidak seperti kutukan kakaknya, mati seperti anjing. Kebenciannya hingga tulang sumsum terhadap Pedro menguap begitu saja ketika ia tak lagi menduduki tampuk kekuasaan. Perpisahan antara bapak-anak+calon menantu yang mengharu biru membuat pembacanya merasa ada sesuatu di kerongkongan...
Rumah Arwah sendiri mengacu pada rumah besar keluarga Del Valle yang ditinggali Clara dari kecil dan nantinya juga anak serta cucunya. Arwah mempunyai arti harafiah dimana kebiasaan Clara berkomunikasi dengan meja kaki tiganya sebagai media ke alam lain. Kekuatan pikirannya mampu menggerakkan barang bahkan ketika ia masih kecil. Sedikti seram di awal cerita, tapi ini bukan kisah hantu , tak sampai seseram Paranormal Activity
Terjemahannya amat rapi dan enak dibaca. Ronny Agustinus menghadirkan bahasa kasar seorang Esteban, halusnya Clara, Blanca dan liarnya Alba. Typo? hanya sedikit yang tidak terlalu mengganggu. Bagian yang menarik dari filmnya, ketika partai buruh menang dalam pemilu, gelombang gerilyawan meningkat, pesan2 dalam bentuk poster2 dan graffiti tersebar dimana mana. Salah satu graffiti itu adalah satu kata: JAKARTA...
Kepiawaian Isabel mengolah kisah arwah dan keluarga tiga generasi yang berbalut politik memang pantas dimasukkan dalam daftar 1001 books yang harus dibaca. Karakter yang kuat, detil cerita hebat serta deskripsi hubungan antar manusia yang unik sangat indah. Nama-nama karakternya mengingatkan kita pada tokoh-tokoh telenovela jaman Maria Mercedes dulu. Tapi kerumitan ceritanya lebih seru dibanding cerita Cinderella versi Amerika Latin... Kesuraman politik dengan kekisruhan partai konservatif versus partai buruh, bencana kelaparan, pengangguran, busuknya tabiat para politisi tergambar dengan jelas , ternyata bukan hanya di Indonesia saja hal ini terjadi...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar