Penulis: Howard Davis dan Paul Walton (ed.)
Cetakan: Pertama, Juni 2010
Kategori: Kajian Media, Komunikasi
Penerbit: Jalasutra
Halaman: xvi + 350 hlm
Ukuran: 15 x 23 cm ISBN: 987-602-8252-30-0
Harga: Rp 67.000
Media apapun bentuknya di abad informasi ini menduduki unsur wajib. Bahasa sebagai unsur utamanya menjadi kunci untuk menentukan sudut pandang dalam menelaah informasi.
Bahasa media yang terbentuk dari ucapan, teks tertulis, dan gambar diam merupakan suatu ekspresi dari fenomena yang terjadi saat ini atau kejadian sebelumnya. Media massa pada abad informasi ini telah menjadi situs dominan untuk produksi dan kontruksi makna-makna sosial. Media menjadi institusi yang kompleks dengan seperangkat proses, praktik, dan konvensi tempat masyarakat dikembangkan dalam konteks sosial dan budaya tertentu. Dalam hal ini, bahasa dan media massa mempunyai hubungan erat. Sebab, bagaimanapun juga perkembangan bahasa dewasa ini lebih banyak dipengaruhi media massa. Sebagaimana yang dijelaskan Howard Davis dan Paul Walton dalam buku ini.
Dengan perbandingan bahasa pers yang ada di kawasan negara sosial dan negara kapitalis (Timur dan Barat), mereka berkesimpulan bahwa surat kabar sosialis lebih mementingkan yang dianggap memiliki konsekuensi sosial dan ekonomi dibandingkan surat kabar kapitalis. Hal ini menjadi sorotan utama apabila merujuk pernyataan Barthes bahwa keadaan kontras antara makna denotatif dan konotatif memainkan peran sentral dalam strukturalisme dan semiologi. Pateman memberi argumen bahwa makna denotatif operatif suatu periklanan tidak bisa dirinci tanpa merujuk pada variabel kontekstual (atau pragmatis) (hlm 211). Karena itu, bahasa media selalu menarik perhatian para linguis. Hal itu karena beberapa alasan. Pertama, media massa menyediakan sumber data kebahasaan yang murah untuk penelitian dan pengajaran. Kedua, media massa merupakan instuisi linguistik penting.
Ketiga, bahasa yang digunakan dalam media massa, secara linguistik,sangat menarik untuk dicermati.Alasan terakhir media massa merupakan institusi sosial yang penting. Di sini ada aspek representatif yang penting dan menarik tentang cara masyarakat dan media itu dilaporkan sehingga membuat hasil pelaporan setiap surat kabar berbeda.Peran struktur linguistik dalam kontruksi ide di surat kabar menunjukkan bahwa bahasa tidak netral,tapi merupakan mediator yang amat konstruktif. Berita adalah representasi dunia dalam bahasa, yang secara sosial dikonstruksikan,sehingga sebuah wacana menjadi jauh dari refleksi realitas sosial dan fakta empiris yang netral. Semua ini sangat tampak pada dunia televisi yang pada dasarnya merupakan dunia citra.
Di mana, realitas yang ditampilkan merupakan realitas semu hasil proses suntingan (editing) dari realitas kehidupan sesungguhnya. Realitas tiruan ini mempunyai hukum, logika, dan dunianya sendiri (second reality atau hyper-reality) yang pada titik ekstremnya diterima bahkan diyakini sebagai realitas sesungguhnya. Begitu juga dalam dunia pers,radio,iklan,dan fotografi, masing-masing mempunyai cara khas sendiri dalam mengonstruksi dan menyampaikan pesan. Bahasa mereka mempunyai hubungan kausal antara struktur semantis dan kognisi. Artinya, bahasa bisa memengaruhi pikiran. Struktur bahasa menyalurkan pengalaman mental tentang dunia.
Pilihan struktur linguistik dalam berita yang mereka sampaikan mempunyai peran efektif dalam menyalurkan pengalam mental tersebut. Secara umum berita bisa dikatakan sebagai dunia dalam bahasa. Sebagaimana telah diakui bahwa bahasa merupakan kode semiotis yang bisa menentukan struktur nilai, sosial,dan ekonomi. Karena itu, masing-masing media mempunyai bahasa sendiri untuk mengungkapkan ekspresi yang dijadikan kendaraan dalam menstrukturkan serta memperkuat hubungan sosial dan politik tertentu. Sebagaimana esai-esai yang terdapat dalam buku ini mengeksplorasi dan mengurai pelbagai cara halus media bekerja melegitimasi status quo dan memanipulasi citraan agar sesuai pandangan dominan.
Kesemua esai dalam buku ini menarik wawasan dari sejumlah disiplin yang telah mapan maupun yang baru muncul, termasuk sosiolinguistik, analisis wacana, pragmatika, semiotika, dan sosiologi komunikasi. Setelah disatukan, semua esai ini merepresentasikan contoh karya kontemporer terbaik dan paling menarik mengenai topik bahasa, pencitraan, dan kajian media.Analisisnya terikat kuat dengan ilustrasi yang antara lain mencakup bahasa radio, gambar diam dari televisi, kartun, iklan, dan tata letak surat kabar. ●
Muhammad Muhlisin,
peneliti pada Historical Education For Humanist Historians
Tidak ada komentar:
Posting Komentar