Ketika Lampu Berwarna Merah
Judul : Ketika Lampu Berwarna Merah
ISBN : 9786023911486
Oleh : Hamsad Rangkuti
Harga : Rp.65.000,- Discount Menjadi Rp. 50.000,-
Ukuran : 14 x 20 cm
Tebal : 228 hlm
Terbit : April 2016
Penerbit : DIVA Press
Yang Berminat Bisa Hubungi ke Cp : 081804281351 / 085713733627, / 08122779457, Pin BB : D013BC54 / WA:088802811233
“Majikan saya kebal lampu merah…” Bukankah pada saat-saat seperti itu lampu merah berlaku untuk mobil majikanmu? “Berlaku kalau aku mau mematuhinya. Kalau aku mau melanggarnya, polisi-polisi itu tidak akan menegorku.” Kenapa begitu? “Kau harus tahu, ciri-ciri mobil untuk orang seperti majikan saya. Polisi-polisi tahu tentang itu,” hal 105-106).
Lewat Sutrisno, sopir pribadi seorang pejabat, meski bukan tokoh utama, novel ini melontarkan kritik terhadap banyak ketimpangan. Di antaranya, aturan dan hukum yang tak menjangkau semua orang. Hanya kaum lemah yang merasakan.
Dikisahkan, Sutrisno menolong Kartijo untuk mencari anaknya, Basri yang nekad mendatangi belantara ibu kota demi mimpinya melihat puncak Monas. Di Jakarta, Basri ternyata hidup menggelandang bersama teman-temannya, anak-anak pengemis. Di antara mereka, ada Pipin, anak terkecil berkaki buntung yang seringkali dieksploitasi teman-teman dan ibunya untuk menarik iba orang di perempatan lampu merah.
Judul : Ketika Lampu Berwarna Merah
ISBN : 9786023911486
Oleh : Hamsad Rangkuti
Harga : Rp.
Ukuran : 14 x 20 cm
Tebal : 228 hlm
Terbit : April 2016
Penerbit : DIVA Press
Yang Berminat Bisa Hubungi ke Cp : 081804281351 / 085713733627, / 08122779457, Pin BB : D013BC54 / WA:088802811233
“Majikan saya kebal lampu merah…” Bukankah pada saat-saat seperti itu lampu merah berlaku untuk mobil majikanmu? “Berlaku kalau aku mau mematuhinya. Kalau aku mau melanggarnya, polisi-polisi itu tidak akan menegorku.” Kenapa begitu? “Kau harus tahu, ciri-ciri mobil untuk orang seperti majikan saya. Polisi-polisi tahu tentang itu,” hal 105-106).
Lewat Sutrisno, sopir pribadi seorang pejabat, meski bukan tokoh utama, novel ini melontarkan kritik terhadap banyak ketimpangan. Di antaranya, aturan dan hukum yang tak menjangkau semua orang. Hanya kaum lemah yang merasakan.
Dikisahkan, Sutrisno menolong Kartijo untuk mencari anaknya, Basri yang nekad mendatangi belantara ibu kota demi mimpinya melihat puncak Monas. Di Jakarta, Basri ternyata hidup menggelandang bersama teman-temannya, anak-anak pengemis. Di antara mereka, ada Pipin, anak terkecil berkaki buntung yang seringkali dieksploitasi teman-teman dan ibunya untuk menarik iba orang di perempatan lampu merah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar