Diponegoro Ksatria Perang Jawa
Penulis: A. Kresna Ardi
Penerbit : Mata Padi
Harga : Rp. 30.000,-
Jika Ada Yang Berminat Silahkan Bisa Hubungi ke Cp : 081804281351 / 085713733627, / 08122779457, Pin BB : D013BC54 / WA:08122779457 / 08122167997
Tahun 1825-1830, Belanda kalangkabut akibat perlawanan yang dikobarkan oleh seorang bangsawan kesultanan Yogyakarta, pangeran Diponegoro. Dipandang dari berbagai segi, perlawanan tersebut, yang kemudian disebut sebagai perang Jawa, merupakan salah satu konflik raksasa pada masanya: konfik ini menyebabkan korban jiwa yang sangat besar, hampir separuh penduduk Yogyakarta, dan menguras perbendaharaan pemerintah kolonial. Secara militer inilah perang dimana seluruh strategi dan metode militer yang dikenal dengan strategi militer modern diterapkan: strategi pertempuran terbuks (open warfare), grilia (perang dedemitan),
hingga strategi pertempuran yang rumit dan berbiaya besar, benteng Stelsel. Pun juga, tidak terhitung jumllah personil korps intelegen perang yang melaksanakan taktik spionase, profokasi, dan pengelabuan dalam rangka melancarkan perang urat syaraf. Sementara, para sejarawan melihatnya sebagai garis batas dan dua jaman: aman kekuasaan raja-raja dan jaman kekuasaan pemerintah kolonial.
Dengan melihat akibat yang begitu besar, tidak berlebihan rasanya jika pangeran diponegoro, tokoh dan icon perang Jawa, disebut sebagai salah satu panglima hebat dalam sejarah, baik secara nasional maupun dunia. Tumbuh sebagai seorang bangsawan kraton, putra dari Sultan Yogyakarta, Pangeran Diponegoro memilih untuk hidup di luar tembok istana dan bergaul dengan masyarakat biasa sehingga dapat melihat langsung penderitaan rakyat yang tertindas oleh kebijakan penguasa Belanda. Beawal dari sinilah sensitivitas sang pangeran terhadap penderitaan rakyat yang tertindas terus terasah. Ketika kekejaman dan kedholiman penguasa kian menjadi-jadi, sang pangean segera turun bergerilia masuk keluar hutan menjadi seorang kesatria yang membela rakyat. Kepedulian terhadap nasib rakyat inilah yang menjadi motivasi terbesar pangeran Diponegoro dalam mengobarkan perlawanan dan sekaligus menjadikan sosok yang abadi dalam ingatan kita. Buku ini adalah sebuah catatan kecil yang coba menelusuri jejak perjuangan Pangeran Dipoegoro: Kesatria Perang Jawa.
Penulis: A. Kresna Ardi
Penerbit : Mata Padi
Harga : Rp. 30.000,-
Jika Ada Yang Berminat Silahkan Bisa Hubungi ke Cp : 081804281351 / 085713733627, / 08122779457, Pin BB : D013BC54 / WA:08122779457 / 08122167997
Tahun 1825-1830, Belanda kalangkabut akibat perlawanan yang dikobarkan oleh seorang bangsawan kesultanan Yogyakarta, pangeran Diponegoro. Dipandang dari berbagai segi, perlawanan tersebut, yang kemudian disebut sebagai perang Jawa, merupakan salah satu konflik raksasa pada masanya: konfik ini menyebabkan korban jiwa yang sangat besar, hampir separuh penduduk Yogyakarta, dan menguras perbendaharaan pemerintah kolonial. Secara militer inilah perang dimana seluruh strategi dan metode militer yang dikenal dengan strategi militer modern diterapkan: strategi pertempuran terbuks (open warfare), grilia (perang dedemitan),
hingga strategi pertempuran yang rumit dan berbiaya besar, benteng Stelsel. Pun juga, tidak terhitung jumllah personil korps intelegen perang yang melaksanakan taktik spionase, profokasi, dan pengelabuan dalam rangka melancarkan perang urat syaraf. Sementara, para sejarawan melihatnya sebagai garis batas dan dua jaman: aman kekuasaan raja-raja dan jaman kekuasaan pemerintah kolonial.
Dengan melihat akibat yang begitu besar, tidak berlebihan rasanya jika pangeran diponegoro, tokoh dan icon perang Jawa, disebut sebagai salah satu panglima hebat dalam sejarah, baik secara nasional maupun dunia. Tumbuh sebagai seorang bangsawan kraton, putra dari Sultan Yogyakarta, Pangeran Diponegoro memilih untuk hidup di luar tembok istana dan bergaul dengan masyarakat biasa sehingga dapat melihat langsung penderitaan rakyat yang tertindas oleh kebijakan penguasa Belanda. Beawal dari sinilah sensitivitas sang pangeran terhadap penderitaan rakyat yang tertindas terus terasah. Ketika kekejaman dan kedholiman penguasa kian menjadi-jadi, sang pangean segera turun bergerilia masuk keluar hutan menjadi seorang kesatria yang membela rakyat. Kepedulian terhadap nasib rakyat inilah yang menjadi motivasi terbesar pangeran Diponegoro dalam mengobarkan perlawanan dan sekaligus menjadikan sosok yang abadi dalam ingatan kita. Buku ini adalah sebuah catatan kecil yang coba menelusuri jejak perjuangan Pangeran Dipoegoro: Kesatria Perang Jawa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar