Persaudaraan Agama-Agama Millah Ibrahim Dalam Tafsir Al-Mizan - Waryono Abdul Ghafur
Oleh : Waryono Abdul Ghafur
Penerbit : AL-MIZAN
Tahun : November 2016
Halaman : 292 Halaman
Berat : 450 gram
Harga: Rp. 58.000,-
Jika Ada Yang Berminat Silahkan Bisa Hubungi ke Cp : 081804281351 / 085713733627, / 08122779457, Pin BB : D013BC54 / WA:08122779457 / 08122167997
Sinopsis
-----
Di antara agama-agama yang ada di dunia, Yahudi, Nasrani, dan Islam memiliki penganut paling banyak dan juga paling sering terlibat konflik dalam sejarah. Padahal, pembawa tiga agama tersebut bermuara pada satu figur: Ibrahim. Karena kesamaan itulah, penganut ketiga agama tersebut berebut klaim sebagai ahli waris millah Ibrhm. Millah Ibrhm (Abrahamic Religion) di sini bermakna kepercayaan dan praktik hidup yang dijalankan oleh Ibrahim.
Mengikuti millah Ibrhm berarti mempraktikkan dan mengikuti jejak-langkahnya dalam hal faith (iman) dan sekaligus praktik empiriknya (syariat). Maka, pengikut millah Ibrhm bukan saja se-iman dengan Ibrahim, tetapi juga menjalankan tuntutan imannya, yang lazim dikenal dengan Islm, yakni pasrah dalam menerima dan menjalankan semua perintah Allah secara total.
Maka, millah Ibrhm di satu sisi bersifat terbuka atas berbagai keyakinan dan praktik keagamaan yang selaras dengan pengertian tersebut, meski secara genealogis tidak bermuara pada Ibrahim. Di sisi lain, ia bersifat tertutup atas iman dan praktik keagamaan yang tidak selaras meski masih memiliki hubungan genetis dengan Ibrahim. Jadi, persaudaraan agama-agama terjalin bukan karena hubungan genetis, tetapi karena hubungan imani dan syar'i.
Millah Ibrhm dalam pengertian tersebut dapat dijadikan paradigma untuk memahami ayat-ayat al-Qur'an tertentumisalnya ayat inna al-dna 'inda Allh al-islmyang oleh satu kelompok dipahami secara eksklusif, namun oleh kelompok lain dipahami secara inklusif. Ayat-ayat al-Qur'an, mesti diingat, merupakan satu-kesatuan utuh yang tidak boleh dipahami secara parsial (juz'iyyah). Di samping itu, kita juga mesti memahami al-Qur'an secara kontekstual dengan menelusuri latar historis ayat sambil menelisik ideal moralnya.
Thabathaba'i, melalui tafsirnya, al-Mzn mencoba memberi pemahaman utuh akan arti persaudaraan agama-agama. Dalam pandangannya atas millah Ibrhm, ia menangkap dan menawarkan ideal moral al-Qur'an yang dapat dijadikan jembatan hubungan agama-agama yang ada di dunia, terutama agama Yahudi, Nasrani, dan Islam.
Oleh : Waryono Abdul Ghafur
Penerbit : AL-MIZAN
Tahun : November 2016
Halaman : 292 Halaman
Berat : 450 gram
Harga: Rp. 58.000,-
Jika Ada Yang Berminat Silahkan Bisa Hubungi ke Cp : 081804281351 / 085713733627, / 08122779457, Pin BB : D013BC54 / WA:08122779457 / 08122167997
Sinopsis
-----
Di antara agama-agama yang ada di dunia, Yahudi, Nasrani, dan Islam memiliki penganut paling banyak dan juga paling sering terlibat konflik dalam sejarah. Padahal, pembawa tiga agama tersebut bermuara pada satu figur: Ibrahim. Karena kesamaan itulah, penganut ketiga agama tersebut berebut klaim sebagai ahli waris millah Ibrhm. Millah Ibrhm (Abrahamic Religion) di sini bermakna kepercayaan dan praktik hidup yang dijalankan oleh Ibrahim.
Mengikuti millah Ibrhm berarti mempraktikkan dan mengikuti jejak-langkahnya dalam hal faith (iman) dan sekaligus praktik empiriknya (syariat). Maka, pengikut millah Ibrhm bukan saja se-iman dengan Ibrahim, tetapi juga menjalankan tuntutan imannya, yang lazim dikenal dengan Islm, yakni pasrah dalam menerima dan menjalankan semua perintah Allah secara total.
Maka, millah Ibrhm di satu sisi bersifat terbuka atas berbagai keyakinan dan praktik keagamaan yang selaras dengan pengertian tersebut, meski secara genealogis tidak bermuara pada Ibrahim. Di sisi lain, ia bersifat tertutup atas iman dan praktik keagamaan yang tidak selaras meski masih memiliki hubungan genetis dengan Ibrahim. Jadi, persaudaraan agama-agama terjalin bukan karena hubungan genetis, tetapi karena hubungan imani dan syar'i.
Millah Ibrhm dalam pengertian tersebut dapat dijadikan paradigma untuk memahami ayat-ayat al-Qur'an tertentumisalnya ayat inna al-dna 'inda Allh al-islmyang oleh satu kelompok dipahami secara eksklusif, namun oleh kelompok lain dipahami secara inklusif. Ayat-ayat al-Qur'an, mesti diingat, merupakan satu-kesatuan utuh yang tidak boleh dipahami secara parsial (juz'iyyah). Di samping itu, kita juga mesti memahami al-Qur'an secara kontekstual dengan menelusuri latar historis ayat sambil menelisik ideal moralnya.
Thabathaba'i, melalui tafsirnya, al-Mzn mencoba memberi pemahaman utuh akan arti persaudaraan agama-agama. Dalam pandangannya atas millah Ibrhm, ia menangkap dan menawarkan ideal moral al-Qur'an yang dapat dijadikan jembatan hubungan agama-agama yang ada di dunia, terutama agama Yahudi, Nasrani, dan Islam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar