Judul: EKOFEMINISME, Dalam Tafsir Agama, Pendidikan, Ekonomi, dan Budaya
Penulis: Dewi Candraningrum, dkk
ISBN: 978-602-8252-89-8
Tebal Halaman: xvi+268 hlm
Cetakan: I, 2013
Dimensi: 15,5 cm x 23 cm
Harga: Rp.76.000,-
“Buku yang hadir di tangan Anda mengambil satu langkah lebih maju lagi yakni berusaha menunjukkan bahwa spiritualitas ekofeminis bukan semata-mata berurusan dengan agama tapi juga sangat politis. Siapapun yang membaca buku ini akan segera mendapatkan buku yang komprehensif, fasih menguraikan teori feminisme, lingkungan dan sekaligus mengaitkannya dengan paham lintas agama …”
Gadis Arivia
(Pengajar Filsafat dan Kajian Gender di Universitas Indonesia
dan Pendiri Jurnal Perempuan)
“Di tengah maraknya buku-buku kajian gender yang ada di Indonesia yang masih mencoba menguatkan kerangka berpikir dikotomis ala gelombang kedua feminisme, buku tentang ekofeminisme ini menjadi bentuk penyegaran dalam melihat feminisme dari cara yang berbeda… Buku ini akan menjadi salah satu cara menuju pada kesadaran
yang menjadi sebuah cara berpikir.”
Wening Udasmoro
(Dosen Kajian Sastra & Gender Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta)
“… Buku ini memapar, membuka, membahas dan mengajak pembaca untuk memahami isu ekofeminisme sekaligus mengajak kita untuk bersama-bersama bergerak mencari harapan yang ditawarkan dalam tubuh buku. Wajib dan perlu dibaca!”
Yacinta Kurniasih
(Dosen Bahasa dan Kajian Indonesia, Faculty of Arts Monash University, Australia)
“… Buku ini akan menjadi masukan yang luar biasa bagi wacana feminisme di Indonesia.”
Soe Tjen Marching
(Penulis, Komponis & Akademisi SOAS London, Pendiri Lembaga Bhinneka)
“This book begins the crucial and necessary dialogue between the multiple environmental initiatives and feminist thinking. The discussions here are necessary in order to save the planet from destruction. Read and learn from these
vital expressions of eco-feminism(s).”
Zillah Eisenstein
(Professor of Political Theory & Anti-Racist Feminism, Ithaca College New York, Amerika)
„Es ist beeindruckend, dass dieser wichtige Diskurs in Indonesien gerade von Frauen angestoßen wird. Beeindruckend ist auch, dass er in Bezug zu religiösem Denken gesetzt wird, um von vorne herein, all diejenigen ihrer Argumente zu berauben, die Benachteiligungen jeglicher Art als Gottgewollt hinstellen wollen. Nur wenn es gelingt, das Gegenteil ebenfalls religiös zu beweisen, kann man im heutigen Indonesien auf Gehör hoffen... Ich wünsche diesem Buch, das es weithin gehört und gelesen wird,
und viele Menschen zum Nachdenken anregt.“
Susanne Rodemeier
(Dosen Antropologi Universität Heidelberg, Jerman)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar