Konfrimasi Pelayanan Terbaru +62 877-4787-7491

Tampilkan postingan dengan label Ilmu politik. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Ilmu politik. Tampilkan semua postingan

Rabu, 16 April 2014

Teori Miltansi

Judul Buku : Teori Miltansi
Penulis:  Dony Gahral Adian
Penerbit : koes-koesan
Harga : 40.000,-

Rabu, 09 April 2014

Demokrasi dan Internet, Kawan atau Lawan?

Demokrasi dan Internet, Kawan atau Lawan?
xiv + 142 hlm; 12,5 x 18 cm
ISBN: 979-9340-49-7
Harga: Rp.25.000
Sinopsis :
    Amerika dan Sekutunya harus belajar bagaimana cara menjalin komunikasi yang lebih baik, khususnya dengan dunia Islam, dan harus mencari tahu apakah Internet, bersama media lainnya seperti televisi satelit, bisa membangun institusi yang demokratis di sana.
    (Leslie D. Simon)
Buku ini membahas tentang dampak internet terhadap demokrasi di tiga tipe rezim yang berbeda: Timur Tengah, daerah yang paling kurang demokratis; Amerika Latin, kawasan yang sedang berjuang menegakkan demokrasi;dan Amerika, negara dengan demokrasi yang kuat.
Leslie David Simon, pakar kebijakan senior di Woodrow Wilson Intenational Center for Scholars dan pengarang NetPolicy.Com: Public Agenda for A Digital World; mantan eksekutif IBM; mantan penasihat Departemen Perdagangan AS dan Wakil Dagang AS.
Javier Corrales, profesor ilmu politik di Amherst College.
Donald R.Wolfsenberger, direktur Congres Project di Woodrow Wilson Center for Scholars; pengarang Congres and the People: Deliberative Democracy on Trial

Mengusir Matahari Fabel-Fabel Politik

Judul : Mengusir Matahari Fabel-Fabel Politik
Penulis: Kuntowijoyo
Penerbit : Tiara Wacana
Harga buku: Rp. 49.000
Sinopsis
Fabel dapat dibaca oleh siapa saja dan oleh semua umur, lebih dari sekedar peminat cerpen atau analis politik. Di dalam buku ini fabel-fabel politik digabungkan dengan fiksi dan non-fiksi, dan berbicara kepada lebih banyak orang. Kalau umumnya fabel berisi kebijakan moral dan etik, maka fabel dalam buku ini berisi kebijakan dan sindiran politik, dan setiap fabel mempunyai konteks politiknya sendiri-sendiri.
Ada dua sasaran yang ingin dicapai oleh fabel-fabel dalam buku ini. Pertama, fabel dapat ditangkap sebagai dongeng semata. Orang tidak perlu bersusah-payah mencari-cari makna, tetapi cukup menganggapnya sebagai dongeng pelipur lara. Kedua, bagi pembaca yang suka mencari makna di balik cerita, disediakan ruang untuk merenungkan kebijakan atau sentilan politiknya. Di akhir cerita dalam setiap fabel selalu disampaikan simpulan, hikmah, atau ibarat apa yang bisa dipetik.

Sabtu, 29 Maret 2014

Bambu Runcing & Mesiu, Masalah Kebijakan Pembinaan Pertahanan

Bambu Runcing & Mesiu, Masalah Kebijakan Pembinaan Pertahanan
Judul: Bambu Runcing & Mesiu, Masalah Kebijakan Pembinaan Pertahanan Indonesia
Penulis: Yahya A. Muhaimin
Penerbit: Tiara Wacana
Tahun: 2008
Halaman: 188
Harga: Rp. 38.500
Sinopsis:
Di masa sekarang, di tengah restrukturisasi sistem politik yang sedang mencari bentuk sejak tahun 1998, baik di kalangan militer maupun di kalangan sipil sama-sama mulai muncul kesadaran saling membutuhkan, saling mempercayai, dan juga saling memerlukan kesamaan persepsi dan kesiapan mental baru agar kedua pihak dapat sepenuhnya memecahkan pembagian otoritas setepat mungkin di bidang pertahanan, dan juga untuk memperkuat keamanan nasional Indonesia. Sekalipun demikian, harus pula diakui bahwa perhatian kalangan sipil terkadang masih bersifat sangat periferal dan cenderung bersifat reaktif.
Di tengah minimnya perhatian yang sungguh-sungguh seperti itu, kehadiran buku ini dimaksudkan untuk memberikan kontribusi pemikiran dengan mengangkat secara makro beberapa masalah penting yang perlu diatasi dalam membuat kebijakan pembinaan pertahanan Indonesia (defense policy).

Rabu, 26 Maret 2014

Revitalisasi Politik Identitas di Indonesia

Revitalisasi Politik Identitas di Indonesia
Judul : Revitalisasi Politik Identitas Di Indonesia
Penulis : Muhtar Haboddin, dkk
Cetakan : Pertama, April 2013
Penerbit : Kaukaba
Tebal : 236 hlm
Ukuran : 14cm x 21cm
Harga : Rp. 40.000
Sinopsis:
Kehadiran buku ini merupakan tonggak baru dalam memahami betapa urgensinya persoalan komunitas, seni, dan simbol-simbol primordialisme dari sudut pandang politik dan pemerintahan. Politik identitas lantas mengemuka untuk mempolitisasi perbedaan: saya-engkau dan kita-mereka. Politik identitas memberi garis tegas untuk menentukan siapa yang diajak dan siapa yang ditolak. Dan, politik Indonesia saat ini sebenarnya berjalan di lorong gelap politik identitas. Tahun 2013 menjadi ajang konsolidasi politik identitas menuju kontestasi hajatan politik tahun depan.