Judul: Cinta Sejati Emha Buat Pak Harto
Penulis: ML Nihwan Sumuranje
Penerbit: Kaukaba
Tahun: 2013
Halaman: 114 Hal
Ukuran: 12,5 x 18,5
Harga: Rp. 30.000,-
Sinopsis:
“EMHA Ainun Nadjib itu laiknya si bocah angon dalam filosofi tembang Ilir-Ilir mahakarya Sunan Kalijaga. Emha seorang pemimpin. Ia tokoh besar, tapi enggan dikuduskan. Ia tampil dengan kesahajaan rakyat biasa. Alih-alih bernafsu tampil di depan, melainkan justru mengendalikan perubahan dari belakang.
Bahkan, Emha terlibat langsung bersama sejumlah tokoh negarawan hingga detik-detik akhir yang menentukan arah perjalanan Bangsa Indonesia pada tahun 1998 saat transisi era Pak Harto menuju era keterbukaan reformasi. Di depan kamera TV, yang disaksikan jutaan rakyat Indonesia, Pak Harto menyatakan dalam bahasa ngoko Jawa Timuran: Ora dadi presiden ora patheken.Ternyata, kata-kata itu diajari Emha.
Buku ini merekam sisi lain Emha yang belum banyak terungkap. Bagaimana Emha menyeru Pak Harto dengan bahasa santun agar lengser keprabon dengan husnul khatimah—setelah melihat keinginan Pak Harto untuk menjadi “Sultan Agung”. Diungkap pula visi reformasi Emha dengan gerbong jamaah sosial-keagamaan berikut refleksi kekinian di kala perjalanan agenda reformasi Bangsa Indonesia mulai bimbang di persimpangan zaman dan kisruh tata-kelola negara.
Bahkan, Emha terlibat langsung bersama sejumlah tokoh negarawan hingga detik-detik akhir yang menentukan arah perjalanan Bangsa Indonesia pada tahun 1998 saat transisi era Pak Harto menuju era keterbukaan reformasi. Di depan kamera TV, yang disaksikan jutaan rakyat Indonesia, Pak Harto menyatakan dalam bahasa ngoko Jawa Timuran: Ora dadi presiden ora patheken.Ternyata, kata-kata itu diajari Emha.
Buku ini merekam sisi lain Emha yang belum banyak terungkap. Bagaimana Emha menyeru Pak Harto dengan bahasa santun agar lengser keprabon dengan husnul khatimah—setelah melihat keinginan Pak Harto untuk menjadi “Sultan Agung”. Diungkap pula visi reformasi Emha dengan gerbong jamaah sosial-keagamaan berikut refleksi kekinian di kala perjalanan agenda reformasi Bangsa Indonesia mulai bimbang di persimpangan zaman dan kisruh tata-kelola negara.