Konfrimasi Pelayanan Terbaru +62 877-4787-7491

Minggu, 06 Juli 2014

Meteodologi penelitiam Bisnis 


Judul : Meteodologi penelitiam Bisnis
Penulis : Dr. Anak Agung Putu Agung, ,Si
Penerbit : UB Press
Harga : Rp. 65.000,-
Isbn : 978.602.203.122.2

Mikro Ekonomi (Level Intermediate)


Judul : Mikro Ekonomi (Level Intermediate)
Penulis :Prof. Ir.Iksan Semaoen, M.Se, Ph.D
Penerbit : UB Press
Isbn : 978.602.8960.63.2
Harga : Rp. 100.000,-

Manajemen SDM Etika dan Standar Nasional sektor Publik 


Judul : Manajemen SDM Etika dan Standar Nasional sektor Publik
Penulis :Prof. Dr.Agus Suryono , SH
Penerbit : UB Press
Isbn : 978.602.8960.47.2
Harga : Rp. 72.000,-

Teori keuangan Mikro 


Judul : Teori keuangan Mikro
Penulis : Multifiah
Penerbit : UB Press
Isbn : 978.602.8960.82.3
Harga : Rp. 36.000,-

Manajemen Keuangan Strategi 


Judul : Manajemen Keuangan Strategi
Penulis : Prof.Dr.Ubud Salim. SE. ME
Penerbit : UB Press
Isbn : 978.602.203.049.2
Harga : Rp. 53.000,-

Manajemen Pemasaran 


Judul : Manajemen Pemasaran
Penulis : Ir.Agustina
Penerbit :  UB Press
ISBN : 978.979.8960.27.4
Harga : Rp. 60.000,-

Dari krisis ke krisis Potret terkini Prekenomian Nasional 


Judul :Dari krisis ke krisis Potret terkini Prekenomian Nasional
Penulis :Dr. Ahmad Erani Yustika
Penerbit :  UB Press
ISBN : 978.979.6074.33.2
Harga : Rp. 70.000,-

Catatan Perjalanan Uje 


Judul : Catatan Perjalanan Uje
Penulis :Arief Rakhman Kurniawan
Penerbit :  Buku Pintar
Harga : Rp. 25.000,-
Sinopsis
" Kita Kehilangan lagi orang baik yang mencerahkan ,
Selamat Jalan Ustaz Jefri, Semoga nilai yan di sebarka bisa menginspirasi semua"

Sabtu, 05 Juli 2014

Financial Institution Management: Manajemen Kelembagaan Keuangan


Judul: Financial Institution Management: Manajemen Kelembagaan Keuangan
Kategori: Manajemen, Ekonomi
Penulis: Prof. Dr. H. Veithzal Rivai, S.E., M.M., MBA., Prof. Dr. H. Basri Modding, S.E., MS.i., Andria Permata Veithzal, B.Acct., MBA., AK., CMA., & Dr. Tantik Mariyanti, S.E., MS.i.
Penerbit: Rajawali Pers
Tebal: 810 halaman
Ukuran: 18 x 25 cm
Harga: Rp 240.000,-
Sinopsis buku Financial Institution Management: Manajemen Kelembagaan Keuangan:
Kehadiran buku Financial Institution Management (Manajemen Kelembagaan Keuangan) ini dengan tujuan membantu mahasiswa, agar dengan hanya membaca satu buku ini mahasiswa akan memperoleh pengetahuan dan sekaligus informasi yang lengkap dari teori hingga aplikasi tentang Manajemen Lembaga Keuangan, sehingga buku ini bukan hanya menjadi buku pegangan wajib bagi Mahasiswa Fakultas/Jurusan Ekonomi dan Bisnis akan tetapi akan menjadi referensi utama yang bagi Dosen dan Mahasiswa Program S1, Program S2 yang memilih konsentrasi Keuangan, demikian pula halnya dengan Mahasiswa Program S3.
Buku ini memuat materi yang lengkap dan meliputi semua Lembaga Keuangan, yaitu: (1) Manajemen Pasar Uang; (2) Manajemen Pasar Modal; (3) Manajemen Asuransi; (4) Manajemen Dana Pensiun; (5) Manajemen Modal Ventura; (6) Manajemen Leasing; (7) Manajemen Anjak Piutang (Factoring); (8) Manajemen Pegadaian; (9) Manajemen Kartu Plastik; (10) Manajemen Otoritas Jasa Keuangan; (11) Manajemen Baitu Maal Wat Tamlik (BMT); (12) Manajemen Koperasi; (13) Manajemen Lembaga Keuangan Mikro; (14) Manajemen Lembaga Penjaminan Simpanan; dan (15) Manajemen Lembaga Penjamin Kredit.51

MUHAMMADIYAH ITU NU!



Judul : Muhammadiyah itu NU
Penulis : Mochammad Ali Shodiqin
Penerbit : Mizan
Harga : Rp. 65.000,-
Isbn : 6201306031
Sinopsis:


Saat mengimami salat subuh di sebuah masjid di lingkungan warga Nahdlatul Ulama, Buya Hamka (Haji Abdul Malik Karim Amrullah) dengan fasih dan lancar membaca qunut. Adalah pendiri Pondok Pesantren Modern Gontor, KH. Imam Zarkasyi, yang kerap mengungkapkan keluhuran budi tokoh Muhammadiyah itu.

“Buya dikenal amat toleran menghadapi perbedaan-perbedaan dalam masalah-masalah khilafiyyah dan furu’iyya,” ujar Zarkasyi suatu ketika.

Ahmad Dahlan dan warga Muhammadiyah pada masanya secara fiqih memang berpegang pada mahzab Imam Syafi’i. Amalan ibadah mazhab ini tetap dipraktekkan warga NU hingga sekarang. Hal itu bisa dipahami karena Kiai Dahlan dan KH Hasyim Asy’ari, yang mendirikan NU sama-sama satu nasab dari Maulana Ainul Yaqin (Sunan Giri). Juga sama-sama menjadi murid Syekh Shaleh Darat di Semarang, yang merujuk pada mazhab Syafi’i.

Sekurangnya ada 35 isu fikih Muhammadiyah yang prakteknya sama dengan NU. Hal itu tertuang dalam kitab Fiqih Muhammadiyah Jilid III terbitan 1924. Pameo klasik “satu guru, satu ilmu, jangan ganggu” pun benar-benar terjaga di antara kedua warga organisasi massa tersebut kala itu. Lantas, kenapa dan kapan Muhammadiyah berubah? Tentu secara bertahap.

Gerakan awal Muhammadiyah di bawah Kiai Dahlan lebih pada pembauran tafsir sosial keagamaan. Muhammadiyah sibuk mengurusi PKO (Penolong Kesengsaraan Oemoem), berfokus pada pendidikan, kesehatan, dan kepedulian terhadap kaum pinggiran.

Namun, ketika dia membuka Muhammadiyah untuk pengembangan paham global dengan cara mengajarkan huruf Latin dan bahasa Belanda, bibit-bibit perubahan pun masuk. Benteng tradisi Muhammadiyah melemah, dan fikih mazhab Syafi’i pun lambat laun tanggal.

Pada 1925, dua tahun setelah Kiai Dahlan berpulang, Muhammadiyah mulai menerima paham Wahhabi yang anti-amalan pesantren. Hal itu seiring dengan mengorbitnya Ibnu Saud, yang hendak mendirikan kekhalifan Wahhabi. Lantas Muhammadiyah membuat benteng keterbukaan berlabel “Islam tanpa mazhab” sekaligus menjebol tradisi umat Islam dengan slogan anti-TBC (takhayul, bid’ah dan churafat).

Beruntung, masih ada KH Mas Mansur, yang mendirikan Majelis Tarjih pada 1927 agar Muhammadiyah tak terseret ke dalam arus deras Wahhabi global dukungan Inggris dan negara-negara Barat. Sepanjang pendiriaan, 1912 hingga 1967, mazhab Syafi’i masih diamalkan walaupun makin sedikit.

“Mazhab ini baru dihilangkan semasa Orde Baru berkuasa, yang ditandai dengan dihapusnya qunut lewat muktamar Pekalongan, 1972,” tulis Mochamad Ali Shodikin, penulis buku ini.

Dengan demikian, slogan Islam tanpa mazhab benar-benar berhasil dibuktikan, dan dipandang sebagai prestasi. Sebaliknya bagi kebanyakan warga NU, langkah itu kian menyulitkan mencari alim ulama di lingkungan saudara tuanya. Alim ulama yang memahami jejak-jejak amalan khas NU yang diamalkan Kiai Dahlan di dalam keseharian warga Muhammadiyah kala itu.

Ali membagi fase atau masa perubahan masa Muhammadiyah menjadi empat, yaitu masa Syafi’i (1912-1925), Masa Pembauran Syafi’i-Wahhabi (1925-1967), Masa Himpunan Putusan Tarjih (1967-1995), dan Masa Pembauran Himpunan Putusan Tarjih-Globalisasi (1995-kini). Di buku ini, semua itu terhimpun dalam bab Fiqih Muhammadiyah dari Masa ke Masa.

Sebagai pelengkap, Ali menyertakan salinan dari kitab aslinya yang ditulis dalam bahasa Jawa dan huruf Arab pegon. Ali merujuk Himpunan Putusan Tarjih, Tanya-Jawab Agama, situs resmi Muhammadiyah, dan buku-buku terbitan Suara Muhammadiyah sebagai sumber kepustakaan.

Pemerhati perkembangan Islam di Nusantara itu mengaku sempat mengalami dilema hingga perlu lima kali melakukan revisi naskah buku ini. Ia khawatir penerbitan buku ini akan menurunkan hujan fitnah yang akan menyuburkan benalu perongrong ukhuwah. Padahal tujuan utamanya adalah mengugah warga kedua ormas untuk bersatu, bersama-sama merancang masa depan negeri ini.

Seperti diingatkan KH Thoba Abdurrahman, Ketua Majelis Ulama Indonesia Yogyakarya, dalam pengantarya, “Buku ini tidak boleh dianggap sebagai sebuah pukulan. Ini adalah jabat tangan sejarah dan rangkulan persaudaraan.”