Lifestyle Ectasy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia
Judul : Lifestyle Ectasy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia
Penulis : Idi Subandy Ibrahim (ed.)
Cetakan 1 : 2004
Tebal : 292 halaman
Ukuran : 15 x 21 cm
ISBN : 979-3684-02-X
Harga : Rp. 96.000,-
Yang Berminat Bisa Hubungi :
Cp : 081804281351/085713733627 / 08122779457, Pin BB : 52899683 / WA:088802811233
Deskripsi:
Mengapa kalau lapar ke McDonald’s, dan bila haus mesti minum Coca Cola? Mengapa shopping malls kian menjamur, sementara pasar-pasar tradisional mulai menusut? Mengapa produksi hand phone terus digenjot, sementara fasilitas telepon umum cenderung mandeg? Mengapa produksi mobil pribadi kian menderas sementara kendaraan umum senantiasa kekurangan? Gaya hidup, berikut simbol-simbolnya saat ini tengah mengguncang struktrur kesadaran manusia. Masyarakat cenderung terserap dalam keperkasaan kebudayaan pop yang kian hegemonik dengan segala atributnya. Gaya hidup telah menjadi komoditas, dan dalam menapaki kehidupannya, kebanyakan orang tamak lebih mementingkan “kulit” ketimbang “isi”.
Judul : Lifestyle Ectasy: Kebudayaan Pop dalam Masyarakat Komoditas Indonesia
Penulis : Idi Subandy Ibrahim (ed.)
Cetakan 1 : 2004
Tebal : 292 halaman
Ukuran : 15 x 21 cm
ISBN : 979-3684-02-X
Harga : Rp. 96.000,-
Yang Berminat Bisa Hubungi :
Cp : 081804281351/085713733627 / 08122779457, Pin BB : 52899683 / WA:088802811233
Deskripsi:
Mengapa kalau lapar ke McDonald’s, dan bila haus mesti minum Coca Cola? Mengapa shopping malls kian menjamur, sementara pasar-pasar tradisional mulai menusut? Mengapa produksi hand phone terus digenjot, sementara fasilitas telepon umum cenderung mandeg? Mengapa produksi mobil pribadi kian menderas sementara kendaraan umum senantiasa kekurangan? Gaya hidup, berikut simbol-simbolnya saat ini tengah mengguncang struktrur kesadaran manusia. Masyarakat cenderung terserap dalam keperkasaan kebudayaan pop yang kian hegemonik dengan segala atributnya. Gaya hidup telah menjadi komoditas, dan dalam menapaki kehidupannya, kebanyakan orang tamak lebih mementingkan “kulit” ketimbang “isi”.